Asal-usul Tari Saman dari Majapahit
Navigasi Info - Pada zaman kerajaan Majapahit yang mempersatukan Nusantara, dengan Patih Gajah Mada yang terkenal dengan sumpah Palapa, pulau Sumatera berhasil dikuasai. Untuk memperingati kemenangan Pasukan Majapahit, daerah-daerah jajahan diinstruksikan untuk membuat Gendang, Tambur, Rebana, dan alat musik lainnya dari kulit. Ini akan dibunyikan saat para petinggi dari kerajaan Majapahit berkunjung untuk menjemput upeti.
Mengenai inisiatif ini, kulit dari Majapahit dikirim ke pulau Sumatera untuk dibagikan kepada daerah-daerah jajahan, dan setiap daerah menciptakan alat musik sesuai dengan tradisi mereka. Misalnya, Palembang menciptakan Musik Jidur, dengan salah satu peralatan yaitu tambur dari kulit, sedangkan Jambi membuat Gendang, Tabuh, dan Rebana.
Di Minangkabau, orang-orang tidak membuat alat musik dari kulit, namun mereka mengolahnya menjadi "Kerupuk Jangek," sebuah makanan yang khas. Sayangnya, ini menyebabkan berkurangnya kuantitas kulit yang dikirim dari Majapahit karena telah digunakan untuk membuat kerupuk oleh orang Minang/Padang.
Tiba di Sumatera Utara, Orang Batak menciptakan alat musik "Si Pitu Gondang" dari sisa kulit, dengan ukuran yang lumayan besar. Sedangkan orang Suku Karo mengolah sedikit kulit yang mereka terima menjadi dua gendang kecil yang dikenal sebagai gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk).
Di Aceh, orang-orang tidak mendapatkan cukup kulit, sehingga mereka menepuk-nepuk dada mereka sendiri. Ini menjadi awal mula munculnya "Tari Saman," yang sangat diminati oleh para wisatawan mancanegara dan menjadi salah satu pesona budaya Indonesia di kancah internasional.
Melalui perjalanan kulit dari Majapahit dan pengolahannya di berbagai daerah, alat musik dan budaya Nusantara kaya dengan keragaman dan keunikan, memperkaya warisan budaya Indonesia yang patut diapresiasi.
Sumber =
Posting Komentar untuk "Asal-usul Tari Saman dari Majapahit "