PENOLAKAN terhadap cerita Kebesaran Kerajaan Majapahit

Navigasi Info - PENOLAKAN terhadap cerita ”kebesaran” Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) berembus dari pulau Dewata (Bali).

PENOLAKAN terhadap cerita ”kebesaran” Kerajaan Majapahit
PENOLAKAN terhadap cerita ”kebesaran” Kerajaan Majapahit


Hal itu diungkapkan oleh Sejarawan Universitas Udayana yang juga alumni Universitas Gajah Mada (UGM), Nyoman Wijaya, yang mengatakan bahwa ada ”ketidakcocokan” antara munculnya ikrar Sumpah Palapa oleh Gajah Mada dengan penaklukan Bali yang disebut-sebut pernah dilakukan oleh Majapahit.

Bagi Nyoman, dalam Sumpah Palapa yang dicetuskan oleh Patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, terdapat suatu kerancuan sejarah.

Menurut Nyoman Wijaya, Sumpah Palapa yang dijadikan sebagai landasan semangat Majapahit menaklukan Bali adalah suatu analisis dengan cara pandang yang tidak masuk akal (anakronis).

Sebab, kaitan antara jadwal serangan Majapahit ke Bali dengan awal mula Sumpah Palapa Gajah Mada, tidak sesuai. Pertentangan ini menyimpulkan bahwa Sumpah Palapa diragukan kebenarannya.

Dalam isi Sumpah Palapa yang katanya diucapkan oleh Gajah Mada tersebut, Bali termasuk ke dalam wilayah yang akan dijadikan target ekspansi Kerajaan Majapahit untuk menyatukan ”Nusantara”. Walau faktanya, wilayah Kerajaan Majapahit sesungguhnya hanya berada di pulau Jawa, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di Bali tidak ditemukan bukti-bukti yang menandakan adanya serangan Majapahit, sumber berita adanya penyerangan ini diperoleh dari pamancanggah-pamancanggah (naskah klasik) Jawa, seperti Negara Kertagama (1365 M)yang ditulis oleh Prapanca,” tandas Nyoman.

SUMPAH PALAPA TIDAK LAGI RELEVAN UNTUK INDONESIA


Ada beberapa sebab yang menjadikan Sumpah Palapa tidak relevan lagi untuk Indonesia dalam konteks kekinian. Diantaranya adalah tidak ada kejelasan makna tentang isi Sumpah Palapa, timbulnya kesadaran historis rakyat Indonesia ”non-Jawa”, serta perubahan tatanan sistem politik yang tidak lagi menganut pola pengambilan keputusan otoriter yang berpusat di pulau Jawa (Jawa-sentris).

Ketika masa pemerintahan Presiden Soeharto (1967-1998 M), Sumpah Palapa dijadikan alat politik untuk menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia. Sebuah alat komunikasi yang berupa satelit mengambil nama dari sumpah yang diucapkan Gajah Mada, yaitu ”Palapa”.

Dalam konteks kekinian, masih relevankah dipakainya nama ”Palapa” sebagai alat politik untuk persatuan dan kesatuan bangsa? Boleh jadi malah bisa menjadi boomerang bagi bangsa ini, karena belum tentu suatu daerah suka dengan alat politik itu. Dulu ketika pemerintahan masih sentralisasi, Palapa masih dapat dijadikan alat politik untuk persatuan sepanjang tidak dipandang sebagai Jawanisasi.

Namun pada saat ini Palapa sudah tidak relevan lagi. Boleh jadi masyarakat dari daerah yang disebutkan dalam NegaraKertagama tidak merasa sebagai ”jajahan” Majapahit, ingin melepaskan diri dari pengaruh Jawa. Apalagi dalam NegaraKertagama jelas-jelas disebutkan bahwa daerah-daerah tersebut bukan merupakan jajahan Majapahit.

BALI TIDAK TAKLUK OLEH MAJAPAHIT

PENOLAKAN terhadap cerita ”kebesaran” Kerajaan Majapahit
PENOLAKAN terhadap cerita ”kebesaran” Kerajaan Majapahit


Menurut fakta yang diungkapkan oleh Nyoman Wijaya, tidak benar telah terjadi penaklukan Bali oleh Majapahit.

Belum ada bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa Bali pernah mendapat serangan dari Majapahit.

Bahkan Nyoman menegaskan, jika praparanca sekali pun tidak pernah berkunjung ke Bali untuk melihat peristiwa yang sebenarnya, karena itu fakta yang disampaikan dalam bukunya (Negara Kertagama) tidak seluruhnya dapat dipercaya.

Prapanca mungkin memperoleh data dari orang-orang yang juga belum pernah berkunjung ke Bali, sehingga fakta yang tersarikan dari datanya itu tidak akurat dan tentunya tidak dapat dipercaya pula..

#NEGARAKERTAGAMA BANYAK DONGENGNYA. #BALI TIDAK TAKLUK TERHADAP MAJAPAHIT TERUS BAGAIMANA BISA EX RAKYAT MAJAPAHIT MENG CLAIM SELURUH DAERAH TUNDUK KE MAJAPAHITšŸ¤£šŸ¤£ SUNDA GAK BISA DI TAKLUK,,BEGITU JUGA DENGAN BALI. #FIX MAJAPAHIT MENGUASAI SEMUA ITU TOTAL DONGENG.

Rusdy Ibnu Rasyid Muliadi Phadhushi Kejora Purnawijaya Wirayuda Dasamukha Laura Indriana Wulandari Denny Rose I Made Winarta Wat Zit Tooya Panthera Tigris Sumatrae Selipar Putus.

sumber :

navigasiin
navigasiin navigasiin adalah portal Situs Berita Berbahasa Indonesia yang menyajikan berita terkini terpercaya sebagai petunjuk inspirasi anda

Posting Komentar untuk "PENOLAKAN terhadap cerita Kebesaran Kerajaan Majapahit"